AFWAN JIDDAN

Mohon maaf jika artikelnya masih sedikit.....

pertama karena baru saat ini ingin menuliskan apa yang pernah sy sampaikan
kedua karena seringkali waktu untuk menulis yang belum sempat

Tapi semoga bermanfaat untuk saya, keluarga dan pembaca

Jazakumullaahu Khairon Kaatsiir

Sunday, September 25, 2011

MENCAPAI HAJI MABRUR

*disampakan pada ceramah persiapan haji GR 11, Jumat 23 September Agama Islam menetapkan pelaksanaan ibadah formal(mahdhah) dalam tiga criteria, 1. Waktu pelaksanaan ditentukan tetapi tempatpelaksanaannya tidak ditentukan 2. Tempat pelaksanaannya ditentukan tetapi waktunyaboleh dikerjakan kapan saja 3. Waktu dan tempat pelaksanaannya diatur dan ditetapkan oleh Allah SWT. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi[122], barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats[123], berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa[124] dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal Makna Haji Mabrur Rasulullullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda tentang haji mabrur: Artinya; ‘Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga. (HR. Al-Bukhari 1773, Muslim 1350). Dan di hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullullah Sallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang amalan apa yang paling utama? Beliau menjawab : ‘Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.’ Kemudian beliau ditanya kembali, ‘Setelah itu apa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Jihad fi Sabilillah.’ Kemudian ditanya lagi, ‘Lalu apa lagi? Beliau menjawab, ‘Haji mabrur.’ (HR. Al-Bukhari 1519, Muslim 83). Makna ‘Haji Mabrur’ Ulama berbeda pendapat dalam memaknai haji mabrur.  Sebagian berpendapat bahwa haji mabrur adalah amalan haji yang tidak tercampur dengan perbuatan dosa (dan ini yang diunggulkan oleh Imam An-Nawawie),  sebagian berpendapat bahwa ia adalah amalan haji yang diterima di sisi Allah,  dan sebagiannya lagi berpendapat yaitu haji yang buahnya tampak pada pelakunya dengan indikasi keadaannya setelah berhaji jauh lebih baik sebelum ia berhaji. (lihat Fathul Allam oleh Shiddiq Hasan Khan 1/594). Makna di atas saling berdekatan, dan untuk mencapai kemabruran haji tentu tidak dapat terlepas dari tiga makna diatas. Dengan demikian Al-Allamah Al-Munâwi berkata ketika menjelaskan makna ‘haji mabrur’ : ‘Maknanya adalah haji yang diterima, yaitu haji yang tidak tercampur dengan dosa apapun, dan diantara indikasi diterimanya adalah ia kembali melakukan kebaikan yang pernah ia lakukan dan ia tidak kembali melakukan kemaksiyatan.’ (Faidhul Qadîr oleh Al-Allamah Al-Munâwi 3/520) Syarat-syarat haji mabrur Untuk meraih predikat haji mabrur, maka mesti terkumpul di dalamnya hal-hal berikut: 1. Hendaknya haji yang ia lakukan harus benar-benar ikhlash karena Allah, bahwa motivasinya dalam berhaji tidak lain hanya karena mencari ridha Allah dan bertaqarrub kepada-Nya. Ia berhaji bukan karena riya’ dan sum’ah, dan bukan pula karena ingin di gelar dengan sebutan haji. Ia berhaji semata-mata mencari keridhaan Allah. 2. Haji yang ia lakukan mesti serupa dengan sifat haji Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam. Maksudnya dalam melakukan proses ibadah haji, manusia dengan segenap kemampuannya mengikuti cara yang dicon-tohkan Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam. 3. Harta yang ia pakai untuk berhaji adalah harta yang mubah bukan yang haram. Bukan diperoleh dari hasil transaksi riba, tipuan, judi dan bentuk-bentuk lainnya yang diharamkan. Tapi, didapat dari usaha halal. 4. Hendaknya ia menjauhi rafats (menge-luarkan perkataan yang menimbulkan birahi/bersetubuh), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan. Persiapan sebelum berangkat berhaji Persiapan ruhiyah : 1. Membersihkan dan mensucikan diri 2. Mempelajari tata cara pelaksanaan ibadah haji 3. Mempelajari do’a-do’a dan bacaan ibadah haji 4. Mempelajari sejarah perjuangan nabi 5. Menyelesaikan hutang piutang Atau paling tidakmenjelaskan masalahnya kepada keluarga yang ditinggal, agar mereka mengetahui. 6. Menyiapkan bekal buat yang ditinggalkan 7. Mempelajari cara shalat jenazah dan menghafal bacaannya. Persiapan jasmani : 1. Memelihara dan menjaga kondisi kesehatan tubuh sejak dari sekarang. 2. Jika perlu melakukan general chek up kesehatan. 3. Latihan-latihan senam, disesuaikan dengan dengan kondisi dan usia. 4. Latihan berjalan di panas matahari. 5. Sering-sering berkonsultasi dengan dokter. Menjaga Amal setelah berhaji Seperti yang dikatakan oleh Al-Munâwi, diantara indikasi diterimanya amal haji seseorang adalah ia kembali melakukan kebaikan yang pernah dilakukan dan tidak kembali melakukan kemaksiatan. Itu bermakna tugas seorang hamba bukan hanya sekedar beramal shalih saja, tetapi yang lebih berat dari itu adalah menjaga amal itu dari apa saja yang merusak dan menggugurkan-nya, riya’, dapat merusak amal meskipun sangat tersembunyi, dan ini banyak sekali dan tak terhitungkan. Amal yang tidak sesuai sunnah dapat menggugurkan amal. Merasa berjasa kepada Allah juga dapat merusak amal. Mengganggu sesama makhluk dapat membatalkan amal , dan sengaja menentang dan meremehkan perintah Allah dapat membatalkannya dsb. (Ensiklopedi Islam Al-Kâmil, Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri 865). Meraih dan mempertahankan haji yang mabrur itu, maka beberapa langkah perlu dilakukan yaitu :  Membetulkan dan meluruskan niat yang ikhlas pergi berhaji. Karena melaksanakan perintah Allah SWT dan hanya untuk mengharapkan ridha-Nya semata.  Menghindarkan diri dari perasaan ria, ingin dipuji, merasa hebat sendiri, takabur, sombong serta sifat-sifat lainnya. Sesuai sabda Rasulullah SAW : “Barang siapa yang mengerjakan ibadah haji semata-mata ikhlas karena Allah dan tidak berbuat rafats serta tidak fasik, maka kembalilah ia seperti dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).  Melatih bersifat sabar dan tolong menolong, yang amat diperlukan serta teruji dalam memutuskan dan menunaikan setiap gerak ibadah. Semua urusan memerlukan sifat sabar.Melatih bersifat sabar dalam menghadapi hidup adalah bukti dari kemabruran. Ujian terhadap kesabaran telah diawali sejak berpakaian ihram, dimana setiap orang dilarang untuk bermusuhan, mencaci dan bertengkar (yang termasuk perbuatan jidal/debat) sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: “…..Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, fasik dan berbuat jidal di saat mengerjakan haji…”(Al-Baqarah: 197).  Sifat tolong menolong amat diperlukan dalam setiap keadaan dimana orang lain sangat membutuhkan pertolongan dari kita. Menolong dengan penuh keikhlasan, tanpa mengharapkan sesuatu, kecuali ridha Allah semata.  Hidup dengan harta yang halal dan baik. Dalam satu haditsnya, Rasulullah Saw.menyatakan: “ Apabila seseorang pergi melaksanakan ibadah haji dengan nafkah yang baik(halal) dan meletakan kakinya di atas kendaraannya, maka ketika dia berseru: LabbaikAllahumma labbaik,ia akan mendapat sambutan dengan seruan dari langit: Diterima panggilanmu dan berbahagialah engkau, karena bekalmu halal dan kendaraan yang engkau pakai halal, dan hajimu diterima, tidak ditolak.’(HR. Thabrani dari Abu Hurairah)

No comments:

Post a Comment